17 february 2010
Khob Khun Kharp (Terima kasih)
Assalamulaikum.warahmatullahi wabarokatuh
Berawal dari keinginan untuk melihat kehidupan saudara muslim di thailand, karena kampus UUM itu dekat border malaysia-Thailand hanya sekitar 15 menit naik kereta (mobil), dan menempuh semalam perjalanan menuju bangkok, berawal dari kabar yang terdengar bagaimana saudara muslim di Pattani, yala, narhatiwath dan daerah selatan thailand yang selalu ada ancaman, dan juga ingin mengetahui seperti apa aktivitas mahasiswa muslim di sebuah kampus terkenal di Bangkok.
Berawal dari keinginan untuk melihat kehidupan saudara muslim di thailand, karena kampus UUM itu dekat border malaysia-Thailand hanya sekitar 15 menit naik kereta (mobil), dan menempuh semalam perjalanan menuju bangkok, berawal dari kabar yang terdengar bagaimana saudara muslim di Pattani, yala, narhatiwath dan daerah selatan thailand yang selalu ada ancaman, dan juga ingin mengetahui seperti apa aktivitas mahasiswa muslim di sebuah kampus terkenal di Bangkok.
Menjadi muslim di thailand beda feel-nya menjadi muslim di melayu land, menjadi muslim di palestina beda feelnya dengan di indonesia. Dan itulah yang ingin kita ketahui, dan semoga saja feel-nya itu kita dapatkan, karena terkadang kita sudah merasa besar dengan apa yang ada dan kurang bersyukur dengan apa yang kita dapatkan dan menutup mata dengan penderitaan saudara kita seiman dan islam lainnya.
Dan bagaimanakah rasanya menjadi muslim di bangkok yang sangat susah mencari makanan yang halal (dibanding di indonesia sangat banyak makanan yang halal tapi entah kenapa masih banyak diantara kita mencari yang haram), yang menjadi minoriti hanya 4% dibanding agama budha yang 94%. suatu populasi muslim yang kontras dengan indonesia.
Alhamdulillah pada saat kunjungan bersamaan diadakan seminar “Muhammad SAW, the most influence person in the word” dan bisa mengikuti untuk beberap lama sampai sholat maghrib berjama’ah.
Sekretariat sekaligus mushola dengan lengkap dengan tabirnya yang tidak begitu mewah yang difasilitasi oleh university namun rasanya begitu nyaman dan tentram, sebagai tempat untuk mempererat silaturrahim, mempererat ukhuwah dan tempat berkumpul untuk istirahat dan makan siang serta berbagai macam fungsi lain.
Dan satu lagi yang membuat saya takjub, thai muslim communiti ini dari berbagai manhaj dan fikroh, namun mereka disatukan dengan akidah, tidak sempat untuk berbicara khilafiyah namun atas dasar ukhuwah dalam akidah, dari yang tidak pakai jilbab sampai yang pakai niqob (cadar). Namun begitu akrab dan indahnya, apakah kita harus ada kekangan dulu, atau berada sebagai minoritas harus bersatu? Ataukah seperti indonesia sebagai penduduk muslim terbesar didunia, hingga begitu majemuk, dan plural hingga yang terdepan adalah perbendaan membaca qunut-pun seolah saudara seiman, seislam, seakidah, sama kitab suci, sama Nabi SAW yang pastinya satu syahadat dan banyak yang lain seolah ternafikkan, ya Robb ampuni kami.
Dan mungkinkah ketaatan itu datang kepada orang yang benar-benar di berikan Allah tantangan untuk beriman dan diuji dengan berbagai cara?wolluhu alam, atau mungkin Allah mempunyai 1001 cara untuk menyadarkan manusia?mungkin saja.
Dan ini semua memberitahu kita bagaimana perjuangan mereka denga segala keterbatasan yang ada, dan menjadi minoritas, dengan segala hambatan yang ada dikampus yang bagus dan mewah ini yang menjadi peringkat 101 di Asia ini, walau tanpa mushola atau surau namun bumi Allah ini adalah surau bagi mereka, namun segala kekurangan itu sanggup bertahan dan kalimat Allah masih tegak dimanpun berada.
Kita harus ingat, dimanapun dan kapanpun itu islam dan dakwah itu akan tetap diperjuangkan, ada atau tidaknya kita didalamnya, tapi apakah syurga tidak begitu menggiurkan untuk kita?