industri di Indonesia 70% di P,jawa, 20% di sumatera dan 10% lainnya (Kemenperin) nyatanya raw material tersedia dari sabang sampai merauke, tanya kenapa (?), kenapa tidak industri dibangun merata disetiap daerah sehingga ekonomi lebih merata, mengatasi urbanisasi, kepadatan penduduk kota, mengurangi kejahatan dan kriminalitas di kota2 besar dan banyak dampak2 positif lainnya jika hal tersebut terwujud.
Bukan berarti mereka (putra daerah) tidak berkompetensi, keterbatasan akses dan fasilitas sebgaai salah satu penghambat, kita menyadari indonesia sebagai bangsa besar yang terbentang dari sabang-marauke, tapi tidak selamanya itu menjadi alasan untuk pemerataan. potensi2 daerah yang belum sepenuhnya di optimalkan pemanfaatannya, Otonomi daerah yang sudah didengungkan sejak orde lama (dalam kemasan beda) menggoreskan kenangan pahit di berbagai daerah, sebut saja salah satunya Sumatera Barat (PRRI) yang dicap "pemberontak/sapartis" lalu sejarah sengaja di hidden-kan sesuai dengang kebutuhan dan kepentingan tertentu. padahal itu merupakan kritik atas ketimpangan sosial ekonomi yang terhadi ditengah2 bangsa yang besar ini, dengan berbagai program percepatan ekonomi daerah di saat ini, dan pemberian otoritas masing2 daerah dalam mengatur dan menentukan kebijakan kemaslahatannya diharapkan mampu bisa mengimbangi kesenjangan-kesenjangan selama ini, dan itu semua tidak terlepas dari keinginan semua pihak untuk berbenah menuju Indonesia lebih maju.
Sangat menarik jika kita melihat lebih jauh fenomena yang terjadi diantara masyarakat minang khususnya, kecendrungan dalam ranah politik yang melahirkan tokoh2 spt Hamka, natsir, Sjahrir, Hatta, Agus Salim dan banyak yang lainnya tenggelam dalam masa lalu, namun mulai bergeser menjadi pegelut dalam dunia bisnis, luka yang dalam sudah tergores disini, namun disisi lain melahirkan mereka yang bermental tangguh,bahkan mereka membuktikan bahwa mereka sanggup bersaing dalam kancah pengusaha tingkat nasional bahkan internasional, label saparatisme pada masa orde lama tidak menyebabkan rakyat Sumbar tenggelam dalam ketidakberdayaannya, hukuman psyicho-sosial yang dialami menggeser kecendrungan untuk berkiprah dalam kancah poitik nasional dalam beberapa dekade lalu, namun sekarang sejarah biarlah menjadi sejarah, kita tidak ingin berlama-lama larut dalam masa lalu, kita punya hari esok yang akan disongsong.
Tapi kita tentu saja tidak menutup mata, dan bersyukur pada masa reformasi ini ada iktikad baik pemerintah dengan program otonomi daerah, pemerintah mulai merangkul Indonesia, menjemput ketertinggalan dan mulai bersih-bersih, misalhnya saja pemberian gelar pahlawan untuk Sjafrudi Prawiranegara di akhir tahun 2011 kemaren, terjadi sebuah pergeseran persepsi terhadap kritik, dan kesediaan pemerintah dalam berbenah diri membawa bangsa ini kearah bangsa yang berdikari, mandiri dan berdaulat. Kita masih merajut mimpi bersama bangsa yang besar ini, Siapa yang tidak berharap Indonesia menjadi negara yang makmur sampai ke pelosok negeri, negara sabangsampaimeraukenesia, meng-Indonesiakan Indonesia, negara yang adil dan sejahtera (semuanya). atas berkat dan Rahmat Allah SWT semoga semua usaha kita sampai.
Harapan itu masih ada,