Dan kitapun tau kalau islam itu benar,, dan mungkin kita akan mencari agama lain jika islam salah, walaupun pluralis mengatakan bahwa tidak boleh akan adanya truth claim (menganggap dirinya benar),,tapi kita yakin bahwa Rasulullah bukanlah penganut pluralism dalam beragama,,kalau seandainya nabi Muhammad SAW adalah seorang yang menganggap semua agama sama tentu islam tidak akan pernah sampai kepada muslim, tidak akan pernah ada dakwah islam karena semua agama adalah sama, atau syurga memiliki pintu – pintu untuk agama atau peganut agama atau kepercayaan tertentu.
“Hikmah itu adalah harta kaum muslimin yang hilang, maka hendaklah dipungut dimanapun kamu menemukannya” (Al – Hadist).
Manusia diberi Allah akal, hati dan nafsu, sehingga dalam setiap menghadapi kehidupan manusia selalu diberikan pilihan – pilihan hidup, ataupun manusia mencari sendiri piilhan yang akan dipilihnya dalam kehidupan dalam perenungan mencari tau siapakah dirinya? Siapa tujuannya? Untuk apa dia hidup? Dan bagaimana cara dia menjalani kehidupan, kita analogikan seperti sebuah peperangan menurut pandangan Allah, apabila berperang di jalan Allah itu ummat islam menang, maka mereka semua mendapatkan pahalah yang besar dari Allah dan kebahagian setelah peperangan itu, dan apabila kalah/mati, maka dia mati sebagai syuhada dan masuk syurga.subhanallah.
Jelaslah proses itu sangat penting, karena yang terpenting dalam hidup ini adalah proses kita menjalani kehidupan kita, karena Allah sebagai “decisions maker” diantara rencana – rencana kita, dan Allah Maha Adil. Bagaimanakah kita menjalani proses itu?ataukah kita terpenjara dengan kata ‘proses’, sehingga kita tidak mau melanjutkan tahap berikutnya dalam proses atau proses yang lain karena kita sudah terperanjat dalam proses yang pertama dan kita sudah merasa nyaman didalamnya?.
Sekali lagi itu adalah pilihan kita, itulah yang kita mau!,,itulah yang benar menurut kita dan Alloh punya kebenaran sendiri untuk menentukan mana kebenaran manusia yang berasal dari-nya yang akan dibenarkan-Nya.
Ketika ummat islam dihadapi dengan pilihan – pilihan harokah atau jama’ah islamiyyah, dan ketika semuanya sama tampak berbeda atau berbeda tampaknya sama. Namun sebenarnya sama atau berbeda?.tanpa sadar kita sebenarnya mengikuti salah satunya, seperti contoh ketika memutuskan untuk berada pada posisi netral dan kita tidak masuk jema’ah manapun, maka secara otomatis kita memilih untuk berada pada “jema’ah netral” atau kita merasa kita tidak mengikuti sama sekali dan menutup mata terhadap pergerakan ataupun jama’ah dalam islam karena kita merasa kita sudah berada pada manhaj yang benar atau yang paling benar dan menafikkan kebenaran dari saudara kita seiman lain dan bahkan berani menkafirkan hanya karena masalah khilafiyah.nauzubillahminzdalik. sangat membingungkan mungkin manakah manhaj atau pemikiran ataupun pergerakan dan organisasi islam yang harus kita ikuti.
Saya tidak mengatakan itu salah atau yang ini yang benar, atau inilah yang paling benar, yang saya katakana adalah islam yang paling benar, pernah bertanya kepada seorang ustadz yang kafa’ah dalam islam, hingga saya diberikan satu kesimpulan, “asalkan semuanya dalam kerangka akidah ahlusunnah wal jama’ah maka tidak mengapa kita masuk kemanapun” .sehingga sekarang kita bisa menyimpulkan sendiri dan memberikan anlaoginya seperti ini, ibaratkan islam itu adalah air (yang suci), kemudian masing – masig orang mengambilnya (harakah, pemikiran,aliran) dan menaruhnya pada tempat yang berbeda – beda seperti cawan, mangkuk, gelas, ember, dan semuanya masih tetao bisa digunakan untuk berwudhu’ (tujuan dari dakwah dari islam) dan bisa saja diterima Allah asalkan wadah dari tempat air itu juga suci dari korotan dan najis (syirik, menyimpang dari aqidah,dll). Sekurangnya inilah sikap pertama saya untuk masalah khilafiyyah dalam pemikiran dan dakwah,,,asalkan tidak berbeda dalam prinsip tauhid dan aqidah dan juga ibadah yang sudah final.
itu baru dalam islam, bagaimana dengan saudara – saudara kita yang masih bingung dengan berbagai pilihan kehidupan, dunia yang penuh dengan isme – ismenya, belum lagi hedonisme, nafsu yang lahir dalam tubuh manusia yang selalu menggerogoti akal untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya, dan hingga manusia benar – benar tercebur dan hancur dalam kebingungan.
Innalillahi wainalaihi roji’un, kalimat yang selalu kita ucapkan ketika mendengar saudara kita telah berpulanhg ke rahmatullah, namun substansinya kalimat tersebut sangat luas maknanya, semua ini berasal dari Allah dan akan kembali kepadan-Nya, akhirnya, Dan cukuplah Allah sebagai penolongku dan penolongmu, cukuplah Dia yang ada antara aku, kamu dan mereka, ihdinasirolol mustaqim, yang minimal sebanyak 17 kali selalu kita baca setiap harinya, sebagai do’a kepada-Nya agar kita selalu dalam jalan lurus para hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa,.Wollohu alam bi sowwab.